Chandra Kurniawan
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut
kepada Allah. Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan"
(QS Albaqarah: 74).
Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Allah menjelaskan
melalui firman-Nya di atas, bahwa sesudah bani Israel dilimpahi berbagai macam
tanda kebesaran Allah, mereka menjadi umat yang kejam dan kasar, tidak punya
perasaan halus. Jiwa mereka ibarat batu, bahkan lebih keras lagi sehingga tidak
mempan lagi diberi pelajaran (Tafsir An-Nur Jilid 1). Tetapi, pada hakikatnya
ayat di atas ditunjukkan kepada manusia yang menolak kebenaran Ilahi, padahal
ia sudah melihat dan mengenal kebenaran itu.
Jumat, 24 Agustus 2012
Akhir Yang Berbeda
Tatkala masih dibangku sekolah, aku
hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar
doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku,
ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat
musim dingin yang menyengat tulang.Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata
kepada dirisendiri : "Alangkah sabarnya mereka ... setiap hari begitu ...
benar-benar mengherankan!"
Aku belum tahu bahwa di situlah
kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat
orang-orang pilihan. Mereka bangkit dari
tempat tidurnya untuk bermunajat
kepada Allah.
Sabtu, 04 Agustus 2012
AKU
By: Nona Effendi
Namaku
Vena, Venada rahmi Diana, itu nama komplitku. Dulu aku cantik, aku ceria,
mataku bersinar. Namun itu dulu sekali sebelum akhirnya aku menjadi mayat hidup.
Yang seakan berada di tepi kematian dan ambang kuburku.
|
Pagi itu suasana di kampusku sangat ramai
sekali, karena ada acara Dies Natalis kampus tercintaku, aku bertindak sebagai
sekertaris kepanitiaan dalam acara tersebut. Di situlah aku bertemu dengan mas
ifan, dia ketua senat di kampusku. Meskipun dia punya jabatan yang oke di
kampus, tapi dia tetaplah seorang yang rendah hati dan bijak dalam setiap
mengambil keputusan, dan yang tak kalah penting adalah dia tidak sombong
seperti anggota senat yang lain, hal itulah yang membuat banyak cewek di
kampusku ngantri ngarep jadi special girl nya.
“ Dik Vena, tolong nanti daftar acaranya di
ketik yang rapi dan segera di serahkan ke aku ya..tak tunggu jam tiga harus
sudah beres.nanti kita ketemu di sekertariat kampus aja.” printahnya padaku
dengan lembut.
“ iya, mas..segera aku kerjakan” jawabku
dengan agak grogi, karena memang dari awal aku sudah ngefans padanya.
Tepat jam tiga aku sudah menunggunya di
sekertariat kampus dengan membawa daftar2 peserta yang dia minta tadi. Aku tak sabar ingin
bertemu dengannya.tiba tiba hujan turun lumayan deras pada waktu itu.
“ maf dik, aku telat”. Sapanya sambil
mengibaskan rambut dan bajunya yang agak basah karena kehujanan.
“ iya, mas, gak pa pa..ini laporannya”,
jawabku sambil kusodorkan setumpuk daftar yang dia pinta.
“ok. Thanks ya. Eh. Masih hujan, kita ngobrol
aja dulu disini,.kita belum banyak kenal kan..” pintanya padaku sambil agak
meledek. Otomatis aku langsung mengiyakan.
Sejak saat itu, aku tak bisa menghilangkan
bayang – bayangnya dari pelupuk mataku. Setiap hari rasanya ingin selalu
bertemu mas ifan, hari – hariku pun selalu penuh dengan angan – angan padanya.
Meskipun aku tahu mas ifan adalah sosok yang sangat cuek dengan cewek, dia
bukan type cowok romantic. Tapi dari tatapan matanya, aku tahu sebenarnya dia
juga menyukaiku.
*
Saat musim liburan kuliah, aku lebih memilih untuk pulang kampong, yang
kebetulan daerah asalkupun juga tak begitu jauh dengan kampusku.
“Kring…kring..kring…” telepon rumahku
bordering
“ halo assalamualaikum..” aku menyapa si
penelpon.
“ waalaikum salam, vena. Hari kamu ada di
rumahkan? Aku ingin silaturrohim kerumah kamu..” Tanya si penelpon yang aku
hafal banget suaranya, itu adalah mas ifan.
“ e.. e.. e iya mas , vena ada di rumah kok.
Kira kira Mas ifan nyampek rumah vena jam brapa?” tanyaku sambil terbata bata.
“ sekitar jam sebelas siang..” jawabnya
dengan penuh semangat.
“ ok. Mas, vena tunggu” balasku dengan senyum
manis mengembang di bibrku.
Pukul 09.30.” huh masih lama skali..”
gerutuku sambil bolak balik melirik jam tanganku, Karen aku sungguh tak
sabar ingin melihat wajah mas ifan yang
penuh pesona, aku sangat penasaran , ada apa kok tiba – tiba mas ifan pingin
maen kerumahku.
“ Assalamualaikum..” sapa mas ifan kepadaku,
“mari masuk mas..” balasku..sampai lupa aku
menjawab salamnya, saking gugupnya aku.
Siang itu, Bagaikan mendapat durian runtuh
setelah lama mengobrol tiba tiba mas ifan mengutarakan maksud kedatangannya
.Bahwa dia ingin memintaku pada orangtuaku. Ya, dia ingin meminangku. Dia ingin
menikahiku.
Singkat cerita, akhirnya hanya jarak dua
bulan setelah dia melamarku, kami menikah. Resepsi pernikahan kami, diadakan
dengan sederhana di rumah orang tuaku. Hanya kerabat dekat dan beberapa
temanku dan juga teman mas ifan yang
kami undang. Dan aku merasa menjadi wanita paling bahagia saat itu.
“Selamat ya dik vena..engkau berhasil
memenangkan hati ifan...semoga cepat dapat momongan…” kata mbak yosi, dia teman
sekelas mas ifan, sambil berpamitan pulang. Mbak yosi yang saat itu nampak
anggun dengan balutan dress pink nya.
“ iya mbak..makasih ya…” jawabku sambil
bercipika cipiki dengan nya.
**
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah
lima tahun kami menikah, mas ifan pun sudah tiga tahun lulus kuliah dan sekarang dia juga sudah bekerja menjadi
seorang advokat. Sementara aku , setelah menikah dulu, aku putuskan untuk tidak
melanjutkan kuliahku. Satu hal yang ingin aku sampaikan, Sampai saat ini kami
belum dikarunia anak. Dan hal itulah yang membuat mas ifan pelan pelan
membunuhku, dia berubah . Dia bukan mas ifan yang aku kenal dulu. Sekarang dia
sering berkata kasar padaku, dia sering pulang telat. Bahkan kadang, pulang dalam keadaan mabuk. Kalau sudah
begitu tak jarang pula dia memukulku.
“Dasar wanita mandul.!!” Bentaknya padaku,
suatu malam ,sambil matanya tajam menatapku. Kata kata itu sudah tak asing lagi di telingaku. Dua tahun belakangan
ini dia sangat tertekan dengan pertanyaan pertanyaan ibunya,teman – temanya,
family.. yang selalu menanyakan kapan kami punya momongan.
“ Mas, knapa mas berkata seperti itu..ini
bukan kehendakku mas. Mungkin kita memang belum di percaya untuk mempunyai
anak..” jawabku sambil terisak, tak kuasa menahan tangisku.
“ alah..bulsit…eh..kamu tau gak.!! Wanita
mandul itu tak ada harganya !!..” bentak
dia lagi dan sambil menunjuk mukaku.
“Mas, kita kan sudah cek ke dokter juga.
Dokter bilang tak ada masalah denganku
kan..” belaku.
“aku tak mau dengar ocehanmu..sekarang kamu
diam!!” kilahnya, sambil memasukkan beberapa bajunya kedalam koper. Dan
langsung nyelonong pergi ,tanpa berpamitan padaku.
Aku hanya tertunduk menangis sambil kuremas
perutku sendiri. “kenapa aku tidak bisa seperti wanita- wanita lain, apakah aku
benar- benar bukan wanita sempurna..” gumamku lirih.
***
Tiga hari berlalu, mas ifan belum juga
pulang.Dia juga tidak menelfonku sama sekali. Aku mulai panik, di mana dia
berada. Lalu aku datang ke kantornya untuk menanyakan apakah selama tiga hari ini mas ifan masuk
kerja apa tidak.
“ Selamat pagi bu vena ?” Sapa salah satu staf mas ifan.
“Pagi juga mbak, pak ifan apa ada di
ruangan?” tanyaku
“Bapak sudah tiga hari tidak masuk kantor bu
.., apa beliau sakit?” Tanya staf itu balik bertanya padaku. aku smakin
bingung, kemana mas ifan perginya.
“ O..tidak..bapak baik- baik saja..” jawabku
sambil berlalu menuju ruangan mas ifan
Aku duduk terdiam di kursi kerjanya . reflek
saja tanganku membuka laci di meja kerja
mas ifan. Aku menemukan amplop merah yang terselip di antara tatanan buku –
buku jurnal kerjanya.
Betapa bagaikan petir di siang bolong, mataku
terbelalak melihat dua lembar foto mas ifan, ya. Foto mas ifan dengan seorang
wanita berkebaya putih. Yang tak lain
dia adalah mbak yosi, wanita yang dulu memberikan ucapan selamat dihari
pernikahanku. Di balik foto itu ada tanggal yang menyatakan foto itu di ambil
dua tahun yang lalu, 13 Januari 2004 dan yang satu lembar lagi ada gambar mas
ifan dan mbak yosi yang sedang menggendong seorang bayi perempuan mungil.
Tertera tanggal 24 maret 2005, foto ini
di ambil satu tahun kemudian setelah foto yang pertama.Aku masih belum ‘ngeh’
dengan foto –foto yang ada di tanganku itu. aku coba untuk mengait- ngaitkan,
antar kedua fotonya.
“Astaghfirullah hal adzim…masyallah, apa yang
selama ini terjadi..mengapa ini terjadi padaku…!!.mas..kenapa kamu tega
melakukan ini padaku. aku sangat mencintaimu mas..” kegenggam foto pernikahan
itu, dadaku terasa sesak. Jantungku seakan berhenti.
“Brarti slama ini, kau sudah menghianatiku,
kau sudah menduakanku, kau sudah membohongiku !!” teriakku dalam hati.
sungguh bodohnya aku. Langit putihpun
sketika menjadi mendung di mataku, dunia seakan – akan menjadi hancur. Tubuhku
seakan tak punya tulang, remuk redam.
****
Mas
ifan ‘memwarningku’, jika aku tetap ingin menjadi istrinya maka aku harus
menerima mbak yosi sebagai maduku, jika tidak, aku akan di ceraikan. Sejak hari
itulah aku mulai menjadi mayat hidup, yang kehilangan cinta, harapan,dan jati
diriku. Aku kini hidup hanya untuk mengemis cintanya. Aku putuskan untuk tetap
mengabdi kepada mas ifan, aku tak mau kehilangannya meskipun cintaku dan hatiku telah dibunuhnya. Aku bukan lagi
manusia, melainkan mayat hidup yang hanya mengaharapkan nyawaku kembali
kedalam jiwaku. Karna aku terlalu mencintainya . Inilah suatu
kebodohan dalam hidupku.Dulu aku cantik sekali..ya dulu sekali..
Rabu, 01 Agustus 2012
Sudah Terujikah Iman Kita[1]
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ
اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنْ خَيْرَ
الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Hadirin jamaah Jum’at
yang berbahagia!
Pada
kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2
dan 3:
Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa
salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah
Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan
kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul
bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta
tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan
sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti
yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
Dan di
antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka
apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah
manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari
Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.”
Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?
Hadirin jamaah Jum’at
yang berbahagia!
Bila kita
sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki
yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala :
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus
menjadi tempat tinggal. (Al-Kahfi 107).
Maka
marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan
Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah
memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian
yang berat.
Apakah
kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa
malapetaka dan keseng-saraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: “Bilakah datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang
dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan
kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.
لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا
دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ
وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا
يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).
... Sungguh telah terjadi kepada
orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi (sehingga)
terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan
tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya,
dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah
dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya...
(HR.
Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7
hal. 202).
Cobalah
kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita?
cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah
kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita
memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan
orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan
mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka,
tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu.
Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila
dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang
besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?
Hadirin sidang Jum’at
yang dimuliakan Allah!
Ujian yang
diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda.
Dan ujian
dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang
telah dialami oleh para pendahulu kita:
Yang
pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti
perintah Allah kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang
sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin
tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat
dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini
ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).
Dan di sini
kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim Alaihissalam yang benar-benar
sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah
yang sangat berat itupun dijalankan.
Apa yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim Shallallaahu alaihi wa salam dan puteranya adalah
pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya.
Apa yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga
bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan
dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi
kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya.
Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk
mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) secara tegas untuk
membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya:
Hai Nabi
katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang Mumin” “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab, 59).
Namun kita
lihat sekarang masih banyak wanita Muslimah di Indonesia khususnya tidak mau
memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak
modis, atau beranggapan bahwa jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini
pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa salam memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab
dalam sabdanya:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ
سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku
lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu
mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang
berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta,
mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim, Shahih Muslim dengan
Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110).
Yang kedua:
Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi
pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri
seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah
sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan
itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam
membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan
itu, padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini
artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.
Sikap Nabi
Yusuf Alaihissalam ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di
zaman sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran
merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah
berbagai lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku
sekolah dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi
barang biasa bagi para pemuda, sehingga tak heran bila menurut sebuah
penelitian, bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta
dan Surabaya
enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi. Di antara akibatnya
setiap tahun sekitar dua juta bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh
beberapa saat setelah si bayi lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan
semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba memamerkan aurat wanita, juga
media elektronik dengan acara-acara yang sengaja dirancang untuk membangkitkan
gairah seksual para remaja. Pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf
Alaihissalam perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para
pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan
menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
salam telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat
maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ
ظِلُّهُ ... وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ
إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ... (متفق عليه).
“Tujuh (orang yang akan dilindungi Allah dalam
lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindunganNya, .. dan
seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu
ia berkata aku takut kepada Allah…” (HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul
Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh
An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayaan, juz 7 hal. 120-121).
Yang
ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan
orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub Alaihissalam
yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada
sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain
hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya
pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya
meninggalkannya, tinggal ia dan isterinya yang setia menemaninya dan mencarikan
nafkah untuknya. Musibah ini berjalan selama delapan belas tahun, sampai pada
saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah:
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub
ketika ia menyeru Tuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan
kepayahan dan siksaan”. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51).
Dan
ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub Alaihissalam untuk menghantamkan
kakinya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk
meminum dari air itu, maka hilanglah seluruh penyakit yang ada di bagian dalam
dan luar tubuhnya. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52). Begitulah ujian Allah
kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara
merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub
Alaihissalam membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa
menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman
seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual
iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus sarimi, karena
tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila
dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub Alaihissalam ini.
Sidang jamaah rahima
kumullah
Yang
keempat: Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak
menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa
salam dan para sahabatnya terutama ketika masih berada di Mekkah kiranya cukup
menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan
berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang
dialami oleh Rasulullah n di akhir tahun ketujuh kenabian, ketika
orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan hubungan apapun dengan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam beserta Bani Abdul Muththolib dan Bani
Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh. Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa salam bersama orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga
tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang hebat. (DR. Akram Dhiya
Al-‘Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182).
Juga apa
yang dialami oleh para shahabat tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami
oleh Yasir z
dan istrinya Sumayyah dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama
periode Mekkah. Juga Bilal Ibnu Rabah Radhiallaahu anhu yang dipaksa memakai
baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, kemudian
diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal Radhiallaahu
anhu hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” (DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh
An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155).
Dan masih
banyak kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan
mereka dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak
sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus
berdakwah dan menyebarkan Islam.
Musibah
yang dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat sekarang
akibat kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam
di sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah
lain. Umat Islam di Indonesia khususnya sedang diuji sejauh mana ketahanan iman
mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin.
Sungguh menyakitkan memang di satu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim
terjadi pembantaian terhadap kaum Muslimin, sekian ribu nyawa telah melayang,
bukan karena mereka memberontak pemerintah atau menyerang pemeluk agama lain,
tapi hanya karena mereka mengatakan: ( Laa ilaaha illallaahu ) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, tidak jauh berbeda dengan apa yang dikisahkan Allah dalam
surat Al-Buruj ayat 4 sampai 8:
“Binasa
dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan
dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka
menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan
mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang
Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.
Peristiwa
seperti inipun mungkin akan terulang kembali selama dunia ini masih tegak,
selama pertarungan haq dan bathil belum berakhir, sampai pada saat yang telah
ditentukan oleh Allah.
Kita
berdo’a mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan
aqidah dan iman mereka, dicatat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin. Dan
semoga umat Islam yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari
berbagai peristiwa, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir
dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk
berkorban dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah
pertolongan Allah akan datang kepada kita, firman Allah.
“Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7).
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ
جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا
إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
Hadirin jamaah Jum’at
yang dimuliakan Allah!
Sebagai
orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk
menerima ujian dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah
satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa salam :
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا
أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ
فَلَهُ السُّخْطُ. (رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه).
“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan
besarnya cobaan (ujian), Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum Ia
akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha baginyalah keridhaan Allah, dan
barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”. (HR. At-Tirmidzi, dan ia
berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar
Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519).
Mudah-mudahan
kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian
yang akan diberikan olehNya kepada kita. Amin.
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ
صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا
لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا
أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ،
وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى
عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ
اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَ
لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ
يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Faktor Menghapus Iman
َالْحَـمْدُ ِللهِ الَّـذِى اَرْشَـلَ رَسُـوْلُـهُ بِـالْـهُدَى وَدِيْـنِ الْـحَـقِّ, لِـيُـظْـهِرَ هُ عَـلَى دِيْـنِ كـــُلِّـهِ وَلَـوْ كَــرِهَ الْكَافِـرُوْنَ. اَشْهَدُاَنْ لاَ ِاَلهَ ِالاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. َواَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا َعبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِـهِ وَاَصْحَابِـهِ اَجْـمَـعِـيْـنَ. اَمَّابَعْدُ: فَياَعِباَدَ اللهَ حَقَّ تُـقاَتِهِ وَلاَ تَـمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin Sidang Jum’ah Yang Berbahagia
Selaku khotib saya berwasiat marilah
kita tingkatkan taqwa kita dengan cara mengerjakan semua perintah Allah dan
meninggalkan larangan-Nya karena dengan taqwa inilah kita akan mendapatkan
derajat yang tinggi dihadapan Allah SWT.
Kesempatan
khutbah kali ini khotib sampaikan judul khutbah diantara faktor yang
menghapuskan iman.
Dengan tujuan
agar kita benar-benar memiliki iman yang sebenarnya menurut ajaran Islam yang
dikehendaki dan dimaksud oleh kitab suci Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah. Juga
supaya kita tidak terkecohkan oleh sementara orang yang hanya mengartikan iman
dengan percaya atau sekedar kepercayaan saja tanpa melaksanakan kewajiban dan
tuntunan iman itu sendiri.
Pengertian iman
menurut istilah syariat Islam; iman adalah:
تَـصْدِيـْقُ
بِـالْـقَـلْبِ وَاقِـرَارٌ بِـالـْلِسَانِ وَأَفْـعَالُ بِالاَرْكَانِ.
Artinya: “Iman adalah meyakini dengan
hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan terhadap 6
(enam) Rukun Iman.”
Hadirin yang
dimulyakan Allah
Untuk memelihara
agar iman kita tetap stabil/ istiqomah, maka harus tahu hal-hal yang dapat
menghapus iman. Diantaranya: syirik; artinya menyekutukan Allah. Orangnya
disebut musyrik.
Perbuatan syirik
itu tergolong dosa besar yang tidak dapat diampuni kalau sampai terbawa mati.
Firman Allah dalam surat
An-Nisa’ : 48
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik dan Allah mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya, barang siapa menyekutukan Allah, maka
sesungguhnya ia telah berbuat dosa besar.
Riddah adalah
salah satu faktor yang dapat menghapus iman. Pengertian riddah adalah perbuatan
keluar dari Islam. Orang yang keluar dari Islam atau berbuat riddah disebut
Murtad.
Perbuatan
tersebut jelas merusak iman bahkan amal perbuatannya yang telah dikerjakan
selama ia memeluk Islam tidak ada artinya, sia-sia belaka.
Hadirin sidang
jum’ah yang berbahagia
Adapun diantara
sebab murtad sebagai berikut:
1.
Tipisnya iman (iman yang sangat lemah)
2.
Kurangnya pengetahuan tentang islam.
3.
Terbawa arus pengaruh keduniawiaan, misalnya harta, kedudukan
dan wanita serta lingkungan lainnya.
4.
Kurangnya keyakinan terhadap kebenaran ajaran Islam.
Seorang muslim harus berhati-hati
jangan sampai tergoda oleh bujukan syetan, sehingga iman kita terkikis habis
yang akhirnya menjadi kafir/ musyrik. Padahal orang kafir tempatnya dineraka.
Firman Allah
dalam Qur’an surat Al-Baqoroh; 217.
Artinya: Barang siapa ynag murtad
diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran maka mereka itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat dan mereka itulah penghuni neraka.
Mereka kekal di dalamnya.
Firman
Allah dalam Qur’an surat Al-Maidah; 54.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencel. Itulah karunia Allah, diberikannya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) Lagi Maha
Mengetahui.
Maksudnya ayat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kita hendaknya menjauhi perbuatan riddah.
Hadirin Sidang Jum’ah Yang Berbahagia
Adapun solusinya
untuk menghindari perbuatan Riddah, tersebut sebagai berikut :
1.
Menambah pengetahuan tetang Islam dengan cara membaca,
mempelajari Al-Qur’an, Hadist juga mengikuti pengajian.
Terutama para remaja/ pemuda dikatakan
oleh Syaikh Mustofa Al-Cholayini sebagai berikut :
اِنَّ فىِ يَـدِ الشُّـبَانِ اَمْرُ اْلاُمَّـةِ
وَفىِ اَقْدَا مِـهِـمْ حَـيَاتِـهَا.
Artinya : “Sesungguhnya di tangan pemuda
nasibnya umat itu dan di tangan mereka hidupnya umat”
Ditegaskan oleh Imam Syafi’i sebagai berikut
:
حَـيَاةُ الْـفَـتَى وَاللهِ بِالْـعِلْمِ
وَالتُّـقَى اَذَا لَمْ يَـكُـوْنَـا لاَ اِعْـشِـيَاوًا لِدَّتِهِ.
Artinya : “ Hidupya pemuda itu demi
Allah harus dengan ilmu dan taqwa, jikalau kedua-duanya itu tidak ada pada
pemuda (kosong) maka tiadalah berarti apa-apa pemuda itu”.
Jadi masa depan segala berada pada
pemeluk pemuda hari ini.
2.
Meningkatkan amal ibadah dan meninggalkan maksi’at.
3.
Meningkatkan keyakinan terhadap kebenaran agama Islam.
4.
Menjauhkan diri dari pengaruh lingkungan yang tidak baik.
5.
Mencari harta halal dan menggunakan di jalan Allah.
Demikian semoga kita terhindar
dari Syirik dan Riddah sehingga kita tetap/ istiqomah iman kita
serta semoga akhir hayat kita oleh Allah diberikan akhir hayat khusnul khatimah
Amien.
جـعـلـنـا الله وايـاكـم
مـن الـفـائـزيـن الامـنـيـن وادخـلـنـا وايـاكـم فـى زمـرة عـبـاده
الـصـالـحـيـن. فـاسـتـغـفـروا
الله الـعـظـيـم انـه
هـو الـغـفـور الـرحـيـم.
Allah Mengingatkan Hamba-Nya Untuk Masuk Surga
السلام عليكم ورحمته الله وبركاته
َالْحَمْدُ ِللهِِ الَّذِى جَعَلَ اْلا ِنْسَانَ خَلِـيْفَةً فِى اْلاَرْضِ, لِـيُعَحِّرِهَا جَوَّهَا َوبَرَّهَا وَ بَحْرَهَا وَ زَ يَّـنَهُ بِالْعَقْلِ وَ اَكْرَمَهُ بِاْلعِلْمِ لِـيَعْرِفَ نِـعْمَةَ اللهِ فَيَشْكُرُهُ اَشْهَدُ اَنْ لاَ ِا'لهَ ِالاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْـكَ لَهُ, خَلَقَ اْلاِ نْسَانَ فِى اَحْسَنِ تَـقْوِيْمٍ وَهَدَاهُ اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَـقِيْمٍ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ, اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَسَلَّمَ تَسْلِـيْمًا كَـثِـيْرًا. اُوْصِيْكُمْ وَنَـفْسِى بِـتَـقْوَى اللهِ فَـقَدْ فَازَ اْلمُتَّـقُوْنَ, اَمَّابَعْدُ: فَيَا اَ يُّهَا اْلحَاضِرُوْنَ, اِتَّـقُوْا اللهَ حَقَّ تُـقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْ تُنَّ ِالاَّ وَ اَ نْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ, قَالَ تَـعَالَى فِى اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ, اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ, وَ التَّكُمْ مِنْكُمْ اُمَّةٌ يَدْعُوْنَ اِلَى اْلخَـيْرِ َويَـأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ َويَنْـهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَاُوْلئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. وَقَالَ َا يْـظًى اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ, وَتَـعَاوَنُـوْا عَلَى اْلبِـرِّ وَ التَّـقُوَى وَلاَ تَعَاوَنُـوْا عَلَى اْلاِ ثْمِ وَاْلعُدْوَانِ وَاتَّـقُوْا اللهَ ِانَّ اللهَ شَدِيْدُ اْلعِـقَابِ.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Segala puji yang luhur hanya milik
Allah, Allah-lah yang menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk dan
seindah-indah watak dan moralnya, agar manusia tetap pada posisi awal
penciptaan yaitu disyurga sebagaimana Nabi Adam dan Hawa. Allah mengutus para
Rasul untuk menyeru kepada manusia supaya mereka hanya ber-Tuhan yang satu
yaitu Allah SWT. dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun.
Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada figur panutan, contoh terbaik manusia, harapan setiap orang
yang ingin berbuat terbaik untuk dirinya dan orang lain, pemimpin para Nabi dan
Rasul, manusia terbaik sepanjang zaman, beliaulah Rasul terakhir Muhammad SAW.
dan semoga pula salam sejahtera tetap tercurahkan kepada keluarga,
shabat-sahabatnya serta orang-orang yang tetap patuh mengikuti ajaranya sampai
akhir zaman.
Saudara hadirin yang mulia
Peningkatan iman dan taqwa merupakan
kewajiban setiap muslim, ini merupakan dambaan yang harus dicapai sebelum kita
dipanggil oleh yang maha kuasa untuk menghadap kekaribannya. Kita harus ingat,
hanya karena kita dapat tunduk terhadap semua perintah Allah, kondisi terbaik
kita dunia akhirat, dapat kita pertahankan sampai ajal tiba dan hnaya karena
kita dapat patuh menjauhi larangan Allah-lah, kita dapat terselamatkan dari
siksa Allah dunia dan akhirat.
Sidang jum’at yang mulia
Judul yang akan disampai oleh khotib
adalah “Allah Mengingin-kan Hamba-Nya Masuk Syurga”. Perjalanan panjang
umat Islam, telah menghadirkan beragam peristiwa, yang telah di rekam file
zaman, diantara peristiwa itu adalah munculnya berbagai kelompok baik yang baru
atau yang sesat, akhir-akhir ini perpecahan di tubuh ummat Islam / dinul Islam
makin memprihatinkan, dimana sesama umat Islam satu sama lain saling berhadapan
seperti sebuah pasukan perang ber-hadapan dengan lawan. Alangkah sedihnya
Rasulullah SAW. melihat umatnya saling menghina, saling memukul baik lewat
perkataan atau perbuatan, alangkah sedihnya Rasulullah menyaksikan umatnya yang
hanya pandai mengumbar nafsu bejatnya, mereka selalu berkata dengan perkataan
yang tak benar, jujur dan bohongnya lebih banyak bohongnya, sampai-sampai
dirinya sendiri saja di bohongi.
Sidang jum’ah yang berbahagia
Suatu saat siapapun kita, apapun
pangkat dan jabatan kita, bagaimanapun keadaan kita kaya atau miskin, kuat atau
lemah apabila ruh sudah berpisah dengan raga, kedua tangan sudah tak mampu lagi
bertakbiratulihram, lidah tidak mampu lagi berucap dengan kalimat Allah atau
kalimat-kalimat jahat, bahkan telinga kita sudah tidak mampu lagi mendengar
kata-kata baik suara adzan dan iqomah, dan jika mata juga sudah tidak mampu
lagi digunakan untuk melihat alam semesata ini, jantung sudah tidak berdenyut
itulah tandany kita sudah mati, pertanyaannya sudah siapkah kita menghadapi
kematian, pertanyaan yang kedua kita ingin mati husnul khotimah atau su’ul
khotimah, kita ingin masuk neraka atau masuk syurga, jawaban semua pertanyaan
itu kembali kepada diri kita masing-masing sesuai dengan persiapannya.
Saudara hadirin yang mulia
Saat kita dipanggil oleh Allah SWT.
untuk menghadap kehadiran-Nya, Allah SWT. dan Rasulullah Muhammad SAW.
menginginkan kita masuk syurga, Allah tak menginginkan hamba-Nya masuk neraka
dengan bukti setiap umat pasti dibimbing oleh Nabi dan Rasul.
Allah berfirman dalam QS. asy-Syu’ara
: 09 – 91:
Artinya:
|
Dan dekatkanlah surga kepada orang-orang yang ber-takwa,
dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat
/ banyak berbuat dosa".
|
Ayat ini dengan tegas memberikan kabar
kepada kita, jika ingin pulang ke kampung akhirat masuk syurga jawabannya hanya
satu yaitu: kita harus selalu baik ketika hidup didunia ini, kita harus patuh
dan tunduk diatur oleh Allah, sebab orang yang tidak mau di atur lewat hukum
Allah berarti mereka tidak mau masuk syurga, kita simak Nabi bersabda ;
ُقلُّوا اُمَّتِى دَخَلَ اْلجَنَّةِ اِلاَّ
مَنْ اَبَى
Artinya:
|
Selurah umatku masuk syurga kecuali orang yang tak
mau
|
Saudara hadirin yang mulia
Siapakah orang yang tidak mau masuk
syurga itu, orang yang tidak mau masuk syurga yaitu orang yang tak mau diatur
oleh Allah, orang yang tak mau taat dan tunduk kepada Allah, mereka malah
selalu melanggar aturan dan larangan, orang yang sudah tidak mau berkata dengan
perkataan yang benar, justru mereka memilih kata-kata jorok, kata-kata jahat,
yang selalu menyakitkan hati dan perasaan orang lain.
Allah berfirman dalam QS. an-Naziat :
35 – 36
Artinya:
|
Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang
telah diperbuatnya, dan diperlihatkan neraka jahim dengan jelas kepada setiap
orang yang dilihatnya.
|
Berkaitan dengan ayat ini Rasul setiap
saat, selalu berdo’a kepada Allah dengan suatu ungkapan disertai tetesan air
mata beliau : Ya Allah jaga dan selamatkan umatku dari api neraka, masukkanlah
mereka bersamaku dalam syurga dengan selamat dan aman.
Jika Allah sudah menghendaki hambanya
masuk syurga lewat seorang Nabi dan Rasulnya untuk membimbingnya, dan Rasul
sendiri dengan gigih membimbing dan berdo’a agar umatnya masuk syurga dengan
selamat dan aman maka kita mestinya senang untuk taat dan patuh kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kita harus selalu berada pada jalan yang benar agar dosa-dosa
kita terampuni oleh Allah SWT.
Kita cermati firman Allah dalam QS.
al-Ahzab: 70 – 71
Artinya:
|
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar.
|
Sidang jum’ah yang mulia
Allah dan Rasul-Nya menginginkan
seluruh umat Islam masuk syurga, maka kita perlu menyiapkan diri, amalan apa
yang paling di cintai oleh Allah, Rasul bersabda, amalan yang paling dicintai
oleh Allah yaitu:
1.
Sholat
tepat pada waktunya.
2.
Berbakti
kepada kedua orang tua;
Baik orang tua nasab atau orang tua
yang mengasuh kita seperti para guru, dosen dan atau orang tua karena memimpin
kita, baik pemimpin formal atau non formal semua itu disamping kita wajib
berbakti juga wajib menghormati dan menghargai jasa-jasanya secara
proporsional.
3.
Berjuang
dijalan Allah,
Berjuang dijalan Allah dalam arti yang
luas diantaranya yang berhubungan dengan syiar agama, yang berhubungan dengan
kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan kita dilarang mencampakkan dengan tangan,
kewenangan, dan kekuasaan kita kepada kerusakan dengan sebab apapun, kita
dilarang mencampakkan orang lain. Ini merupakan hal yang fundamental dalam
Islam, karena Islam di turunkan untuk membawa rahmat dan kasih sayang kepada
semesta.
Firman Allah dalam QS. al-Hujurat: 15
Artinya:
|
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka,
mereka itulah orang-orang yang benar.
|
Demikian semoga kita dapat memetik
hikmah dalam khutbah ini.
بَـارَكَ اللهُ لِى
وَلَكُـمْ فِى الـقُـرْآنِ العَـظِيمْ
ونَـفَـعَـنِى وَإِيـَّاكُـمْ بِـمَا فِـيْهِ مِنَ اْلاَ يَاتِ
وَالذِّكْـرِ الحَـكِـيمْ, وَتَـقَـبَّلَ مِنِّ وَمِنْـكُمْ تِلاَ وَتَهُ اِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَهُوَ اْلغَـفُـوْرٌ الرَّحِيْمٌ.
َالْخُطْـبَةُ الثَّانِـيَةُ
َاْلحَمْدُ
ِللهِ الَّذِي َامَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ
اْلمَتِـيْنِ , اَشْهَدُ اَنْ لاَ ِا'لهَ ِالاَّ
اللهُ َاْلغَنِيُّ اْلحَمِيْدُ,
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ , اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ َوبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى 'الِهِ
َواَصْحَابِهِ َاجْمَعِيْنَ.
اَمَّابَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ ِاتَّـقُوْا
اللهَ مَااسْـتَطَـعْـتُمْ وَسَارِعُوْا ِالَى مَغْفِرَةٍ مِنْ َرّ بِّـكُمْ ,
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّموَاةٍ وَاْلاَرْضِ. اُعِدَّتْ ِللْمُتَّـقِـيْنَ,
فَقَالَ تَعَالَى فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, اِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَـتَهُ
يُـصَلـُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ
يَاايُّهَا الَّذِيـْنَ اَمَنوْا صَلُّوا عَلَـيْهِ وَسَلِّمُواْ
تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ َوبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ اْلمُرْسَلِيْنَ , وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ َاجْمَعِيْنَ , وَارْضَ
اللهُمَّ عَلَى َارْبَعَةِ اْلخُلَـفَاءِ الرَّاشِدِيْـنَ , سَيِّدِنَا اَبِى
بَكْرٍ وَعُمَرِ وَعُثْمَانِ
وعَلِى َوَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّ يْنِ وَعَلَـيْنَا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِـكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ, اَللّـهُمَّ َاصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةِ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرِ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِـيْنَ , وَاَهْلِكِ
اْلـكَـفَرَةَ وَاْلمُشْرِكِـيْنَ , وَاَعْلِ كَـلِمَاتِـكَ اِلَى يَـوْمِ الدّ
ِيْنِ , اللّهُمَّ اغْفِرْ ِللْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِماَتِ وَاْلمُؤْمَنِـيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَ
يَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ ,
رَبـَّنَاافْـتَحْ بَـيْـنَـنَا َوبَـيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَاَ نْتَ خَيْرُ
اْلفَاتِحِيْنَ , رَبـَّنَااَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهَ , ِانَّ
اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيـَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُـمْ لَعَلْكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ ,
فَاذْكُـرُوا
اللهَ اْلعَظِـيْمَ يَذْكُـرْكُـمْ وَادْعُوْهُ يَـسْتَجِبْ لَكُمْ , وَلَذِكْـرُ
اللهِ اَكْبَرُ.
Langganan:
Postingan (Atom)