Kata Pesan

SELAMAT DATANG DI DUNIA CERPEN KARYA SISWA MAN TULUNGAGUNG 1

Sabtu, 04 Agustus 2012

AKU

By: Nona Effendi
Namaku Vena, Venada rahmi Diana, itu nama komplitku. Dulu aku cantik, aku ceria, mataku bersinar. Namun itu dulu sekali sebelum akhirnya aku menjadi mayat hidup. Yang seakan berada di tepi kematian dan ambang kuburku.

Pagi itu suasana di kampusku sangat ramai sekali, karena ada acara Dies Natalis kampus tercintaku, aku bertindak sebagai sekertaris kepanitiaan dalam acara tersebut. Di situlah aku bertemu dengan mas ifan, dia ketua senat di kampusku. Meskipun dia punya jabatan yang oke di kampus, tapi dia tetaplah seorang yang rendah hati dan bijak dalam setiap mengambil keputusan, dan yang tak kalah penting adalah dia tidak sombong seperti anggota senat yang lain, hal itulah yang membuat banyak cewek di kampusku ngantri ngarep jadi special girl nya.
“ Dik Vena, tolong nanti daftar acaranya di ketik yang rapi dan segera di serahkan ke aku ya..tak tunggu jam tiga harus sudah beres.nanti kita ketemu di sekertariat kampus aja.” printahnya padaku dengan lembut.
“ iya, mas..segera aku kerjakan” jawabku dengan agak grogi, karena memang dari awal aku sudah ngefans padanya.
Tepat jam tiga aku sudah menunggunya di sekertariat kampus dengan membawa daftar2 peserta  yang dia minta tadi. Aku tak sabar ingin bertemu dengannya.tiba tiba hujan turun lumayan deras pada waktu itu.
“ maf dik, aku telat”. Sapanya sambil mengibaskan rambut dan bajunya yang agak basah karena kehujanan.
“ iya, mas, gak pa pa..ini laporannya”, jawabku sambil kusodorkan setumpuk daftar yang dia pinta.
“ok. Thanks ya. Eh. Masih hujan, kita ngobrol aja dulu disini,.kita belum banyak kenal kan..” pintanya padaku sambil agak meledek. Otomatis aku langsung mengiyakan.
Sejak saat itu, aku tak bisa menghilangkan bayang – bayangnya dari pelupuk mataku. Setiap hari rasanya ingin selalu bertemu mas ifan, hari – hariku pun selalu penuh dengan angan – angan padanya. Meskipun aku tahu mas ifan adalah sosok yang sangat cuek dengan cewek, dia bukan type cowok romantic. Tapi dari tatapan matanya, aku tahu sebenarnya dia juga menyukaiku.
*
Saat musim liburan kuliah,  aku lebih memilih untuk pulang kampong, yang kebetulan daerah asalkupun juga tak begitu jauh dengan kampusku.
“Kring…kring..kring…” telepon rumahku bordering
“ halo assalamualaikum..” aku menyapa si penelpon.
“ waalaikum salam, vena. Hari kamu ada di rumahkan? Aku ingin silaturrohim kerumah kamu..” Tanya si penelpon yang aku hafal banget suaranya, itu adalah mas ifan.
“ e.. e.. e iya mas , vena ada di rumah kok. Kira kira Mas ifan nyampek rumah vena jam brapa?” tanyaku sambil terbata bata.
“ sekitar jam sebelas siang..” jawabnya dengan penuh semangat.
“ ok. Mas, vena tunggu” balasku dengan senyum manis mengembang di bibrku.
Pukul 09.30.” huh masih lama skali..” gerutuku sambil bolak balik melirik jam tanganku, Karen aku sungguh tak sabar  ingin melihat wajah mas ifan yang penuh pesona, aku sangat penasaran , ada apa kok tiba – tiba mas ifan pingin maen kerumahku.
“ Assalamualaikum..” sapa mas ifan kepadaku,
“mari masuk mas..” balasku..sampai lupa aku menjawab salamnya, saking gugupnya aku.
Siang itu, Bagaikan mendapat durian runtuh setelah lama mengobrol tiba tiba mas ifan mengutarakan maksud kedatangannya .Bahwa dia ingin memintaku pada orangtuaku. Ya, dia ingin meminangku. Dia ingin menikahiku.
Singkat cerita, akhirnya hanya jarak dua bulan setelah dia melamarku, kami menikah. Resepsi pernikahan kami, diadakan dengan sederhana di rumah orang tuaku. Hanya kerabat dekat dan beberapa temanku  dan juga teman mas ifan yang kami undang. Dan aku merasa menjadi wanita paling bahagia saat itu.
“Selamat ya dik vena..engkau berhasil memenangkan hati ifan...semoga cepat dapat momongan…” kata mbak yosi, dia teman sekelas mas ifan, sambil berpamitan pulang. Mbak yosi yang saat itu nampak anggun dengan balutan dress pink nya.
“ iya mbak..makasih ya…” jawabku sambil bercipika cipiki dengan nya.
**
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah lima tahun kami menikah, mas ifan pun sudah tiga tahun lulus kuliah dan  sekarang dia juga sudah bekerja menjadi seorang advokat. Sementara aku , setelah menikah dulu, aku putuskan untuk tidak melanjutkan kuliahku. Satu hal yang ingin aku sampaikan, Sampai saat ini kami belum dikarunia anak. Dan hal itulah yang membuat mas ifan pelan pelan membunuhku, dia berubah . Dia bukan mas ifan yang aku kenal dulu. Sekarang dia sering berkata kasar padaku, dia sering pulang telat. Bahkan kadang,  pulang dalam keadaan mabuk. Kalau sudah begitu tak jarang pula dia memukulku.
“Dasar wanita mandul.!!” Bentaknya padaku, suatu malam ,sambil matanya tajam menatapku. Kata kata itu sudah tak  asing lagi di telingaku. Dua tahun belakangan ini dia sangat tertekan dengan pertanyaan pertanyaan ibunya,teman – temanya, family.. yang selalu menanyakan kapan kami punya momongan.
“ Mas, knapa mas berkata seperti itu..ini bukan kehendakku mas. Mungkin kita memang belum di percaya untuk mempunyai anak..” jawabku sambil terisak, tak kuasa menahan tangisku.
“ alah..bulsit…eh..kamu tau gak.!! Wanita mandul itu tak ada harganya !!..”  bentak dia lagi dan sambil menunjuk mukaku.
“Mas, kita kan sudah cek ke dokter juga. Dokter bilang tak  ada masalah denganku kan..” belaku.
“aku tak mau dengar ocehanmu..sekarang kamu diam!!” kilahnya, sambil memasukkan beberapa bajunya kedalam koper. Dan langsung nyelonong pergi ,tanpa berpamitan padaku.
Aku hanya tertunduk menangis sambil kuremas perutku sendiri. “kenapa aku tidak bisa seperti wanita- wanita lain, apakah aku benar- benar bukan wanita sempurna..” gumamku lirih.
***
Tiga hari berlalu, mas ifan belum juga pulang.Dia juga tidak menelfonku sama sekali. Aku mulai panik, di mana dia berada. Lalu aku datang ke kantornya untuk menanyakan  apakah selama tiga hari ini mas ifan masuk kerja apa tidak.
“ Selamat pagi bu vena ?” Sapa  salah satu staf mas ifan.
“Pagi juga mbak, pak ifan apa ada di ruangan?” tanyaku
“Bapak sudah tiga hari tidak masuk kantor bu .., apa beliau sakit?” Tanya staf itu balik bertanya padaku. aku smakin bingung, kemana mas ifan perginya.
“ O..tidak..bapak baik- baik saja..” jawabku sambil berlalu menuju ruangan mas ifan
Aku duduk terdiam di kursi kerjanya . reflek saja tanganku membuka  laci di meja kerja mas ifan. Aku menemukan amplop merah yang terselip di antara tatanan buku – buku jurnal kerjanya.
Betapa bagaikan petir di siang bolong, mataku terbelalak melihat dua lembar foto mas ifan, ya. Foto mas ifan dengan seorang wanita berkebaya putih.  Yang tak lain dia adalah mbak yosi, wanita yang dulu memberikan ucapan selamat dihari pernikahanku. Di balik foto itu ada tanggal yang menyatakan foto itu di ambil dua tahun yang lalu, 13 Januari 2004 dan yang satu lembar lagi ada gambar mas ifan dan mbak yosi yang sedang menggendong seorang bayi perempuan mungil. Tertera  tanggal 24 maret 2005, foto ini di ambil satu tahun kemudian setelah foto yang pertama.Aku masih belum ‘ngeh’ dengan foto –foto yang ada di tanganku itu. aku coba untuk mengait- ngaitkan, antar kedua fotonya.
“Astaghfirullah hal adzim…masyallah, apa yang selama ini terjadi..mengapa ini terjadi padaku…!!.mas..kenapa kamu tega melakukan ini padaku. aku sangat mencintaimu mas..” kegenggam foto pernikahan itu, dadaku terasa sesak. Jantungku seakan berhenti.
“Brarti slama ini, kau sudah menghianatiku, kau sudah menduakanku, kau sudah membohongiku !!” teriakku dalam hati. sungguh  bodohnya aku. Langit putihpun sketika menjadi mendung di mataku, dunia seakan – akan menjadi hancur. Tubuhku seakan tak punya tulang, remuk redam.
****
 Mas ifan ‘memwarningku’, jika aku tetap ingin menjadi istrinya maka aku harus menerima mbak yosi sebagai maduku, jika tidak, aku akan di ceraikan. Sejak hari itulah aku mulai menjadi mayat hidup, yang kehilangan cinta, harapan,dan jati diriku. Aku kini hidup hanya untuk mengemis cintanya. Aku putuskan untuk tetap mengabdi kepada mas ifan, aku tak mau kehilangannya meskipun cintaku  dan hatiku telah dibunuhnya. Aku bukan lagi manusia, melainkan mayat hidup yang hanya mengaharapkan nyawaku kembali kedalam  jiwaku. Karna  aku terlalu mencintainya . Inilah suatu kebodohan dalam hidupku.Dulu aku cantik sekali..ya dulu sekali..

1 komentar:

  1. Kisahnya bagus, dan perlu mendapatkan apresiasi publik ini.... terus semangat berkarya ya Nona Efendi

    BalasHapus

Ingin Menulis?

Bagi siswa-siswi MANTASA GREEN yang ingin menuangkan karya tulisnya, baik cerpen, tulisan ilmiah, dan coretan hati, bisa juga kritik dan saran bisa dikirim ke email: mantasagreen@gmail.com.

Komentar Perasaan