Kata Pesan

SELAMAT DATANG DI DUNIA CERPEN KARYA SISWA MAN TULUNGAGUNG 1

Senin, 30 Januari 2012

B I L A . . .


Tertatih aku melangkah…
Terhujani dengan keluh resah dalam hati…
Langkah kaki terseret pasrah dalam catatan-Nya…
Nafas ini hanya ada satu nafas, yaitu nafas CINTA…
Berpasrah dalam naungan CINTA-NYA…

Bila ada CINTA yang luka…
Bila ada SABAR yang abadi…
Bila ada PASRAH yang menaungi indah…
Bila ada BAHAGIA yang indah tuk di nikmati…
Bila ada JALAN yang menuju-NYA…
Dan semua masih BILA…

Waktu akan menghantarkan BILA itu …
Kepada Allah semua akan berakhir BILA itu waktunya tiba …
Hamba minta ampun BILA kau buka ampunan-MU …
Sakit hatiku karena BILA cinta tak kau kasih …

Angin akan menjadi indah dalam hidup, bernafas…
Angin akan menjadi ribet dalam hidup, bencana…
Angin akan menjadi musibah dalam hidup, sadarkanku…
Angin akan menjadi rindu dalam hidup, rahmat…


Munajatku lebih aku segerakan dengan niat ibadah,
Istikharahku karena kebimbanganku untuk KAU beri petunjuk padaku,
Namun aku tak akan bimbang dalam bermunajat,
Matikan nafsu setan yang menguliti niatku,
Agar aku berjalan ibadah dengan istiqomah ibadah kepada-MU
Penuhilah kejiwaanku ini dengan satu rindu ibadah nikmat Allah,
yaitu ibadah lahir dan batin,

Cukup bagiku Allah,
Kau hanya ada di kehidupan duniaku ini
Kau hanya ada di kehidupan niatku yang istiqomah
Kau hanya ada di pikiranku yang jelas
Kau hanya ada dalam kulit-kulitku yang mudah retak
Kau hanya ada dalam hari-hariku untuk ibadah
Kau hanya ada dalam mulutku untuk kau jaga lisanku
Ampunilah aku Tuhan tiada lagi selain Allah Swt.

Karya A.A.I al Akhyar

Rintihan hati…..


Tuhan…
seperti menuangkan cat abu-abu di seluruh permukaan karpet biru
Angin dingin, yang bersayup-sayup
Gini menjadi membabibuta di tengah kehampaan dunia
Sang suryapun,,,
Engan,,,
Engan untuk secercah menampakan keindahan sinar kehidupanya,,,,.
…..
Dan kini,,,
Tuhanpun,,
Menumpahkan seluruh titik- titik air…
,,,,,
Begitulah tuhan membantuku…..
Membantu hati yang kacau ditengah kehampaan,,,
Kehampaan,,,
Dan,,,
Kekosongan perasaan,,
…………..

Karya AndienSmasha

JURU KUNCI KUBURAN DAN GELAR TERHORMAT BAGI MANUSIA (alm)


Oleh Agus Ali Imron Al Akhyar



Banyak sesuatu hal yang menjadikan diri kita melupakan sesuatu hal yang paling terkecil, dunia memang tempat daging-daging busuk yang diperebutkan oleh binatang buas, yang sudah hampir musnah akhlak perilakunya. Berbagai ambisi jabatan, ambisi pekerjaan untuk meraih uang yang banyak, menimbun harta tanpa zakat, dan istilah trendnya ada mengumpulkan dunia untuk kenafsuan jiwa. Namun kita tidak pernah sadar maupun menyadari, bahwasanya dunia hanya sarana dan media sementara untuk menuju alam berikutnya, banyak orang mengistilahkan “di dunia hanya mampir ngombe (minum)”.
Bupati, gubernur, presiden, wali kota, lurah, camat, S1, S2, S3, Profesor, dan jabatan sekedar jabatan di dunia, nantinya tidak akan berguna setelah mereka meninggal dunia, kecuali tittle almarhumah (alm). Semua manusia di dunia akan menerima tittle tersebut, kita tidak perlu membayar mahal, atau kuliah di perguruan tinggi ternama baik dalam negeri maupun luar negeri, ketika kita ingin mendapatkan tittle alm (almarhumah) yang baik, tinggal kita beribadah kebaikkan kepada Allah Swt., berbuat yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Tinggal bagaimana kita beribadah kepada Allah swt., ilmu juga menjadi ibadah kalau kita mampu mendalami dengan kebaikkan, dan mentransfer secara baik pula. Kenafsuan manusia yang menjadi kebimbangan dalam diri mereka, layakkah kita menjadi manusia hamba-hamba bertaqwa?
Suatu ketika, di pagi yang masih berudara sejuk dan dingin, diri ini berjalan-jalan ke area pemakaman (kuburan). Salam aku sampaikan kepada seluruh ahlil kubur, langkahku mulai mendekati satu persatu batu nisan. Imajinasi berpikir ketika memasuki area kuburan, melayang jauh yang diimbangi keimanan semakin tebal. Ketika melewati batu nisa pertama, diri ku memandangi batu nisan tersebut, dulu dia (nama yang ada di batu nisan) adalah seorang guru, pandai, cerdas, dan bersahaja. Warga masyarakat segan kepada beliau. Namun ketika mati, akhirnya dia di kubur dalam-dalam, di unduk tanah, di injak-injak tanahnya agar merata. Lalu ditanjapkanlah dua batu nisan yang tertulis nama, tanggal kelahiran, dan tanggal kematian.
Ketika langkah kaki ku berjalan-jalan lagi, berhentilah pada sosok batu nisan yang namanya cukup dikenal masyarakat, beliau sosok kiai ternama, dan juga pandai dalam bidang agama Islam, sering berkhutbah semasa masih hidupnya. Tetapi kini beliau sendiri, tanpa sanak saudara, dan juga meninggalkan ummatnya, hanya doa-doa yang terkirim kepada beliau. Dulu semasa penguburannya banyak orang yang datang, menggali kubur, dan juga menguburkan beliau sang kiai, setelah itu tanahnya diratakan, begitu pula diinjak-injak agar rata, padahal di dalam tanah itu sosok seorang kiai tertidur pulas tanpa bangun raganya. Akhirnya beliau pun mendapatkan gelar almarhumah (alm), padahal tanpa sekolah di perguruan tinggi, tetapi di mondok di pesantren.
Usai sudah aku memandangi batu nisan sosok kiai itu, aku tersenyum, dalam hati aku berdoa agar beliau senantiasa diberi tempat yang penuh kenikmatan bagi rohnya. Perjalanan di area makam tetap berlanjut, pada batu nisan yang ketiga, aku dapati sosok nama yang tertulis di batu nisan sudah agak luntur, begitu pula batu nisannya sudah miring tidak tegak. Memory ingatanku berputar pada sosok seorang yang mati itu. Orang yang di makamkan itu, dulunya sering melalaikan agama (Islam), judi keplek, minuman keras, dan juga mencuri. Di akhir hayatnya dia juga tertanam dalam kuburan, juga mendapat gelar almarhumah (alm). Begitu mengenaskan akhir hayat hidupnya, mati tertabrak mobil.
Langkah kaki mulai berjalan lagi, sembari merinding menyelimuti bulu romaku, aku berjalan menuju pintu gerbang pemakaman, aku berdiri menghadap batu nisan dan kijingan yang sudah di tempati orang-orang tak bernyawa. Aduhai… begitu sepinya, hanya burung-burung berkicau berdzikir dengan ikhlasnya, angin menjadi hebusan bau banger batu kijingan yang sudah lama.
Begitulah perjalanan wisata hati dan pikiranku pagi itu, 27 Januari 2012, pukul 05:15 WIB aku sudahi, berjalan pulang ke rumah sambil berpikir, bagaimana menebalkan iman, taqwa, dan istiqomahku dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Allah Maha Kuasa segala Maha-Nya.

Nilai-Nilai Positif
Begitu aku sadari, meskipun aku sudah sadar sejak lama, betapa hidup di dunia itu sangatlah penuh dengan nafsu syetan. Ingin rasanya bisa segera menyusul ke alam kubur, meskipun sangu ibadahku sedikit, daripada lama di dunia malah banyak dosa yang menumpuk. Alangkah baiknya hidup agak lama di dunia namun untuk menumpuk sangu ibadah, daripada mengumbar kejelekan.
Pikiranku melayang lagi, terbayang tatkala ada seorang yang meninggal dunia, peran juru kunci kuburan sangatlah vital sekali. Coba kita bayangkan lagi, kalau tidak ada juru kunci kuburan, mau ditaruh mana jasad kita? Taruh sembarang tempat malah dibuat tempat maksiat. Padahal ditaruh di area kuburanpun juga sering yang dijadikan maksiat.
Seorang presidenpun, seorang gubernurpun, seorang bupatipun, seorang kiaipun, tatkala mereka ruhnya dicabut, peran juru kunci kuburan menjadi penting. Betapa tidak, dia sang juru kunci makam tentu akan memberi arahan atau bahkan membuat lubang untuk menguburkan jasad-jasad yang meninggal, setelah di makamkan, maka juru kunci itu akan menginjak-injak tanah untuk di ratakan, kalau kita berpikir, orang yang di kuburkan adalah semasa hidupnya menjabat orang penting, akhirnya juga yang meratakan juru kunci kuburan, diinjak-injak tanahnya. Betapa dahsyatnya Allah memberikan kehidupan di dunia ini, ketika mereka sang punya jabatan semasa hidupnya melalaikan juru kunci kuburan. Ketika meninggal dunia peran juru kunci kuburan sangat utama sekali.
Manusia tidak akan mampu berkelit dari kematian, juru kunci kuburan, dan juga keluarga. Manusia yang mempunyai nafas akan mati dan begelarkan almarhumah (alm). Sadarilah ketika kita sudah berada dekat dengan liang lahat, sosok tubuh yang dulunya diagung-agungkan akan tertanam dalam tanah, dan tanahnyapun akan di injak-injak memakai kaki, kaki juru kunci pun berperan. Subhannallah, Maha Suci Allah, manusia memang segumpal daging dan darah, matipun tak punya daya, hanya bertittlekan almarhumah yang baik atau buruk, tak ada S1, S2, S3, ilmu itu hanya sebagai sangu untuk ibadah, ilmu untuk ibadah, dan ilmu sebagai sarana ibadah.
Ilmu itu milik Allah Swt., maka jangan bangga apa saja yang diberikan kepada kita, melukis indah belum tentu yang menikmati keindahan itu kita yang melukis, namun yang menikmati ada orang lain, ituah rasa dalam hidup ini, pada siapakah kita akan kembali, itu yang harus kita jadikan pedoman.

Air mata akan mengalir di setiap pipi hamba
Namun kemanakah alirannya akan bermuara?
Sejauh mata dalam hidup memandang
Tetaplah hati yang merasakan indah dan nikmat
Lepas hati untuk memandang keindahan
Berjuta kata-kata tak cukup untuk dituangkan

Memandang keindahan dalam hidup ini
Sebagai obat luka dalam hati
Luka hati karena tipisnya iman saat itu
Bangga hanya sementara…
Melihat keindahan untuk mengingat kebesaran-Nya
Lihatlah… lihatlah… lihatlah…

Kesombongan yang terbungkus dengan agama
Mengadulah kepada-Nya…
Dan berdoalah kepada-Nya…
Untuk menjaga selalu hati kita dari kenistaan

Tak ada yang patut kita banggakan…
Semua milik-Nya, Nya hanya Allah Swt.

Rabu, 18 Januari 2012

Sinju Tama Praditiya


Karya Rizka
MAN Tulungagung 1

Namaku memang Sinju Tama Praditya, aku terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Malam ini,seperti malam-malam biasanya, kepenatan atas semua masalahku, kembali mengusiku dan anganku. Untuk yang kesekian kalinya, aku yang baru berusia 10 tahun, menyusuri semua jalan, entah ini apa yang ku lakukan, namun sesekali aku berfikir untuk mencari ibuku yang sudah 4 bulan ini menghilang. Di tengah perjalananku, aku sempat terhanti, melihat seorang wanita. Dia menyuruhku untuk membelikan aku mukena, katanya sih, dia malu untuk pergi ke toko. Tanpa aku memastikan siapa itu, aku lantas bergegas mengikuti perintahnya untuk membeli mukena dengan uang yang beberapa memang uang receh.
Saat di jalan, aku tiba-tiba aku teringat dengan keluargaku. Keluargaku sebenarnya bisa di bilang lengkap, ada kakek, nenek, ayah, kedua adiku… dan… ahh… setiap aku sampai pada kata ibu, aku selalu sulit untuk mengatakanya. Serasa di tusuk seribu jarum , aku sebagai anggota keluarga yang paling waras di rumah setan itu, merasakan hal yang seharusnya anak seumurku tak aku terima. Akal sehatku seakan sudah mulai Nampak lelah dengan semua kenyataan yang ada. Setiap hariku, aku selalu dengan kakek, kakek itu laki – laki yang sangat lembut, perhatian, hingga sering aku menyebutnya mama. Panggilanku ini  memang sangat lucu, dia memperhatikanku melebihi ibuku sendiri.
Tapi terkadang sifatnya yang tak sekuat kepala rumah tangga membuat eyang putri bertingkah laku bebas seperti layaknya tak punya suami, dia  selalu mententeng tas putihnya, lantas pergi dengan pakaian seperti nona-nona yang kerap ku jumpai di sudut-sudut kota. Dengan warna baju yang mencolok, memperlihatkan senyuman kepada setiap laki-laki yang melintasinya. Setelah pulang dari kelabingnya, ia tak pernah menyapaku, apalagi kakek. Di bukanya pintu kamar, lantas tidur. Eyang putri tak pernah menanyakan apakah kakek, aku, atau adik-adiku sudah makan atau belum. Meskipun di tanganya banyak sekali tentengan tas-tas yang mungkin berisi makanan ,namun tak sedikit pun aku ditawari untuk ikut menyantapnya. Belum lagi ayahku, dia selalu saja berkata iya pada keputusan dan pinta ibu. Dulu saat ibu ku menginginkan sebuah  mobil, ayahku langsung bingung setengah mati untuk  mencarikan uang . Padahal,sepeda motorpun baru minggu kemarin di beli, sudah minta mobil. Sebenarnya apa sih, yang membuat ayah bertekuk lutut di hadapan ibu?? Karena dia cantik? Tapi juga banyak wanita baik lain yang lebih cantik. Karena dia anak konglomerat, tapi itu kan dulu, sebelum ibu bangkrtut dan ikut tinggal dengan ayah dan kakek. Apa jangan jangan karena ibu itu pacar, yang dulu ayah mendapatkanya dengan susah payah… hahaha…. Itu semua urusan orang dewasa, dan aku tak usah tahu. Ayahku pun sudah sering bilang “anak kecil masih bau kencur, nggak usah sok mengurusi urusan orang dewasa”. Dari kata-kata itu, sebenarnya aku atau dia sih yang bau kencur. Aku sendiri tak tahu kencur itu yang mana. Yang aku tahu, malah jahe, yang sering di pakai kakek untuk di buat minuman  wedang jahe.
Suatu hari, aku yang ingin bermain sepeda dengan teman-temanku meminta ayah untuk membelikan sepeda, karena memang sepedaku sudah lama rusak dan tak layak lagi untuk di pakai, ban sudah sehalus pipiku, besi-besi penyangga sepeda sudah berganti warna coklat tua dan bahkan rantainya sudah hilang  belum juga aku mengucapkan permintaan itu, ibuku sudah dengan seribu pintanya yang menggoda, meminta ayahku untuk membelikan mobil, Aku menangis, aku merasa ini semua tak adil.Ku tutup kamarku, ku usir adiku yang kala itu bermain di situ, kakeku yang dari tadi mengikutku , mendatangiku dan menghapus air mataku,aku langsung mendekap erat kakeku, dan aku mulai tertidur di pangkuanya.  Paginya,aku sudah temui kakeku membawakan sebuah sepeda, namun sempat aku berfikir dari mana kakek mendapatkan uang itu, apa dari uang pensiunanya, entahlah. Yang penting aku tahu kakek sayang ke aku, dan aku sangat sayang ke dia. 
Setiap  kali aku membuka pintu kamar ayahku, yang ku temui adalah tumpukan berbagai sampah makanan dari ibuku, di sampingnya selalu ada berbagai make up yang memanjang dan berderet di sudut depan kaca rias. Ibu dan ibuku sangat memuakan, betapa tidak?? Dia saja tak mau merawatku, bahkan dia lebih memilih melahirkan aku dan kedua adiku dengan cara sayatan pisau bedah di perutnya, hingga tiga kali. Bahkan yang  paling menyedihkan aku sama sekali tak pernah merasakan nikmatnya asi, kata teman-temanku dulu sih, enak, tapi yang namanya asi saja aku sama sekali belum kenal. Enatah apa yang menyebabkan ibuku tak mau menyusui ketiga anaknya, yang jelas,ketika aku bertanya, dia selalu menjawab, biar ibu tatap cantik sayang…. Huuufftt… bilang sayang koq tetap saja berperilaku seperti tak punya anak….
Setiap malam minggu, aku selalu mencium bau parfum yang sangat menyengat hidungku dari kamar ayah, itu jelas parfum dari ayah dan ibu. Tak lama aku menunggui di depan kamar, selalu terlihat mereka tergesa-gesa keluar dengan pakaian necisnya, dan dengan kesibukan sendiri-sendiri. Ayah, katanya mau keluar dengan teman kerjanya. Sedang ibu, selalu berkatakalau dia mau pergi dengan teman-temanya. Aku , kakek , dan kedua adiku selalu di rumah, mempunyai kesibukan sendiri untuk bercerita bersama dan menonton tv sambil tiduran. Tapi malam itu, sebelum ibu meinggalkan rumah lama, aku sempat membuntuti ibu. Dia menelefon temanya. Namun mengapa dia memanggil temanya itu dengan sayang??? Aku heran.. lalu dia pun juga memberikan kecupan salam perpisahan di akhir telefon mereka. Apa ibuku menelefon ayah. Tapi ayah sedang di teras sibuk dengan laptopnya. Kalau begitu  berarti dia adalah pacar gelapnya ibu?? . Aku harus memberitahu ayah. Tapi aku tak tega melihat ayah yang sangat mencintai ibu, meskipun terkadang ayah juga suka menggoda tetangga sebelah.  Ibuku saat itu sungguh aneh, dia sepertinya merencanakan sesuatu. Dia berkata kalau dia cinta sampai mati.Apa maksudnya? Cinta ke siapa.
Dan beberapa hari setelah itu, dia lantas semakin sering untuk menelefon laki-laki itu. Dan pagi itu pun dia terlihat  mengemasi barang-barang. Di sepagi ini, ibu mau kemana? Apa dia hendak merencanakan rekreasi, horeee…..  akhirnya, mingguini ada rekreasi. Aku tanyakan dugaanku itu pada ibuku , dan jawabnya.
“ Kamu, tetap di rumah, dan jangan ikut ibu, ibu sudah muak dengan kehidupan di rumah ini, ibu sudah muak dengan ayahmu, dan jangan halangi ibu” .
Kata-kata itu sangat menusuk hatiku, ibu pun langsung pergi keluar rumah membawa tas koper yang besar. Kedua adiku menangis, mereka mencoba ikut ibu, namun ibu langsung mendorongmereka. Begitu juga dengan ayah. Dia begitu sangat depresi, dan hanya bisa melihat ibu di hampiri laki-laki tengil selingkuhan ibu. Itulah bodohnya ayah. Dan aku, hanya bisa diam, diam dan diam, tak ada air mata lagi.
Heh… Sinju, sekarang kamu sudah di beri tahu bagaimana keluargamu sekarang. Yang kamu harus kamu lakukan adalah, menjaga kakek, dan kedua adikmu. Begitu kataku dalam hati. Semenjak saat itu,ayah menjadi lebih menutup diri, entah ada apa. Namun yang harus aku lakukan adalah menjadi penyemangatnya.
Dan malam-malam itu memang malam yang sangat mengerikan, hingga aku sering sekali keluar malam mencari makanan di luar.
Ini malam ke  tujuh aku keluar malam. Semuanya terasa begitu indah ku rasakan. Memang sih,  di sana sini aku melihat berbagai fenomena malam yang mungkin dulu jarang ku temui. Di depan mataku ini saja, aku melihat sepasang muda-mudi yang memadu kasih di bawah pohon sambil berpegangan tangan. Kalau berpegangan tangan kayak gitu sih sering, tapi waktu aku sama adek . Hahaha mungkin kalau yang seperti mas sama kakak itu aku nunggu tujuh tahun lagi ya… Di sudut gang itu, banyak sekali penjual berbagai makanan . Mulai dar yang sudah pernah aku cicipi, hingga yang belum pernah aku kenal. Dan……. Di sudut yang lain, aku baru saja bertemu dengan wanita yang sama sekali belum aku kenal. Betapa tidak??? Dia saja menyembunyikan wajah cantiknya di dalam kerudung kusutnya, memang sih, terlihat sangat memaksakan dia memakai jik lb, ab. Aku tahu itu karena dari tampilanya yang memakai lengan pendek, dan bawahan celana ketat, sangat takpantas menurutku, apalagi saat dia tadi menyuruhku untuk membelikan mukena dengan uang recehnya, dia sama sekali tak memandangku… dasar wanita tak tahu terimakasih…
Setelah aku membelikan mukena putih itu, ku berikan mukena itu dengan kedua tanganku, dengan maksud aku menghormati dia ,ya… meskipun dia tidak menghargaiku. Setelah di terimanya dengan tangannya, dia berucap.
“ Terimakasih nak….”
Suara itu sepertinya aku kenal, siapa ya, siapa yang memanggilku itu, lantas wanita itu membuka jilbabnya dan memandangku dengan wajah memelas minta ampun.
“ Ibu……………….. kamu ibuku kan…………. Kenapa di sini? Kenapa dulu kau meninggalkan ku…??” teriaku setelah wanita itu membuka jilbabanya, Dan ternyata dia ibuku,,, ibuku yang sudah sekian bulan meninggalkanku dan keluargaku, ibu yang tak bisa ku panggil ibu, karena telah membunuh  keluarganya sendiri, ibu yang telah membuat ayahku depresi berat hingga sekarang.. sekarang dia di campakan oleh selingkuhanya dan harus menggelandang seperti ini. Dia mencium kakiku dan meminta maaf….
Dan aku… membiarkanya di sana, dan meninggalkan dirinya di tempat yang dingin itu, aku pun pulang dengan senyum pahitku.
Usai sudah masa kecilku yang kelam, ku buka selimutku dan ku lihat diriku di kaca , diri ini sudah dewasa, bahkan tinggi ku pun sudah menunjukan angka 170. Tahun tahun yang sudah kelam itu, ku tinggalkan biar menjadi sebuah sampah di masa laluku. Aku sekarang sudah berumur 17 tahun.  Ku buka jendela pagi, dan tiba-tiba air mata ini mengaliri pipiku, dan aku mengucap lirih sebuah kata tabu buatku, Maaf kan aku ibu….

By: rizka

Ingin Menulis?

Bagi siswa-siswi MANTASA GREEN yang ingin menuangkan karya tulisnya, baik cerpen, tulisan ilmiah, dan coretan hati, bisa juga kritik dan saran bisa dikirim ke email: mantasagreen@gmail.com.

Komentar Perasaan