Kata Pesan

SELAMAT DATANG DI DUNIA CERPEN KARYA SISWA MAN TULUNGAGUNG 1

Senin, 30 Januari 2012

JURU KUNCI KUBURAN DAN GELAR TERHORMAT BAGI MANUSIA (alm)


Oleh Agus Ali Imron Al Akhyar



Banyak sesuatu hal yang menjadikan diri kita melupakan sesuatu hal yang paling terkecil, dunia memang tempat daging-daging busuk yang diperebutkan oleh binatang buas, yang sudah hampir musnah akhlak perilakunya. Berbagai ambisi jabatan, ambisi pekerjaan untuk meraih uang yang banyak, menimbun harta tanpa zakat, dan istilah trendnya ada mengumpulkan dunia untuk kenafsuan jiwa. Namun kita tidak pernah sadar maupun menyadari, bahwasanya dunia hanya sarana dan media sementara untuk menuju alam berikutnya, banyak orang mengistilahkan “di dunia hanya mampir ngombe (minum)”.
Bupati, gubernur, presiden, wali kota, lurah, camat, S1, S2, S3, Profesor, dan jabatan sekedar jabatan di dunia, nantinya tidak akan berguna setelah mereka meninggal dunia, kecuali tittle almarhumah (alm). Semua manusia di dunia akan menerima tittle tersebut, kita tidak perlu membayar mahal, atau kuliah di perguruan tinggi ternama baik dalam negeri maupun luar negeri, ketika kita ingin mendapatkan tittle alm (almarhumah) yang baik, tinggal kita beribadah kebaikkan kepada Allah Swt., berbuat yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Tinggal bagaimana kita beribadah kepada Allah swt., ilmu juga menjadi ibadah kalau kita mampu mendalami dengan kebaikkan, dan mentransfer secara baik pula. Kenafsuan manusia yang menjadi kebimbangan dalam diri mereka, layakkah kita menjadi manusia hamba-hamba bertaqwa?
Suatu ketika, di pagi yang masih berudara sejuk dan dingin, diri ini berjalan-jalan ke area pemakaman (kuburan). Salam aku sampaikan kepada seluruh ahlil kubur, langkahku mulai mendekati satu persatu batu nisan. Imajinasi berpikir ketika memasuki area kuburan, melayang jauh yang diimbangi keimanan semakin tebal. Ketika melewati batu nisa pertama, diri ku memandangi batu nisan tersebut, dulu dia (nama yang ada di batu nisan) adalah seorang guru, pandai, cerdas, dan bersahaja. Warga masyarakat segan kepada beliau. Namun ketika mati, akhirnya dia di kubur dalam-dalam, di unduk tanah, di injak-injak tanahnya agar merata. Lalu ditanjapkanlah dua batu nisan yang tertulis nama, tanggal kelahiran, dan tanggal kematian.
Ketika langkah kaki ku berjalan-jalan lagi, berhentilah pada sosok batu nisan yang namanya cukup dikenal masyarakat, beliau sosok kiai ternama, dan juga pandai dalam bidang agama Islam, sering berkhutbah semasa masih hidupnya. Tetapi kini beliau sendiri, tanpa sanak saudara, dan juga meninggalkan ummatnya, hanya doa-doa yang terkirim kepada beliau. Dulu semasa penguburannya banyak orang yang datang, menggali kubur, dan juga menguburkan beliau sang kiai, setelah itu tanahnya diratakan, begitu pula diinjak-injak agar rata, padahal di dalam tanah itu sosok seorang kiai tertidur pulas tanpa bangun raganya. Akhirnya beliau pun mendapatkan gelar almarhumah (alm), padahal tanpa sekolah di perguruan tinggi, tetapi di mondok di pesantren.
Usai sudah aku memandangi batu nisan sosok kiai itu, aku tersenyum, dalam hati aku berdoa agar beliau senantiasa diberi tempat yang penuh kenikmatan bagi rohnya. Perjalanan di area makam tetap berlanjut, pada batu nisan yang ketiga, aku dapati sosok nama yang tertulis di batu nisan sudah agak luntur, begitu pula batu nisannya sudah miring tidak tegak. Memory ingatanku berputar pada sosok seorang yang mati itu. Orang yang di makamkan itu, dulunya sering melalaikan agama (Islam), judi keplek, minuman keras, dan juga mencuri. Di akhir hayatnya dia juga tertanam dalam kuburan, juga mendapat gelar almarhumah (alm). Begitu mengenaskan akhir hayat hidupnya, mati tertabrak mobil.
Langkah kaki mulai berjalan lagi, sembari merinding menyelimuti bulu romaku, aku berjalan menuju pintu gerbang pemakaman, aku berdiri menghadap batu nisan dan kijingan yang sudah di tempati orang-orang tak bernyawa. Aduhai… begitu sepinya, hanya burung-burung berkicau berdzikir dengan ikhlasnya, angin menjadi hebusan bau banger batu kijingan yang sudah lama.
Begitulah perjalanan wisata hati dan pikiranku pagi itu, 27 Januari 2012, pukul 05:15 WIB aku sudahi, berjalan pulang ke rumah sambil berpikir, bagaimana menebalkan iman, taqwa, dan istiqomahku dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Allah Maha Kuasa segala Maha-Nya.

Nilai-Nilai Positif
Begitu aku sadari, meskipun aku sudah sadar sejak lama, betapa hidup di dunia itu sangatlah penuh dengan nafsu syetan. Ingin rasanya bisa segera menyusul ke alam kubur, meskipun sangu ibadahku sedikit, daripada lama di dunia malah banyak dosa yang menumpuk. Alangkah baiknya hidup agak lama di dunia namun untuk menumpuk sangu ibadah, daripada mengumbar kejelekan.
Pikiranku melayang lagi, terbayang tatkala ada seorang yang meninggal dunia, peran juru kunci kuburan sangatlah vital sekali. Coba kita bayangkan lagi, kalau tidak ada juru kunci kuburan, mau ditaruh mana jasad kita? Taruh sembarang tempat malah dibuat tempat maksiat. Padahal ditaruh di area kuburanpun juga sering yang dijadikan maksiat.
Seorang presidenpun, seorang gubernurpun, seorang bupatipun, seorang kiaipun, tatkala mereka ruhnya dicabut, peran juru kunci kuburan menjadi penting. Betapa tidak, dia sang juru kunci makam tentu akan memberi arahan atau bahkan membuat lubang untuk menguburkan jasad-jasad yang meninggal, setelah di makamkan, maka juru kunci itu akan menginjak-injak tanah untuk di ratakan, kalau kita berpikir, orang yang di kuburkan adalah semasa hidupnya menjabat orang penting, akhirnya juga yang meratakan juru kunci kuburan, diinjak-injak tanahnya. Betapa dahsyatnya Allah memberikan kehidupan di dunia ini, ketika mereka sang punya jabatan semasa hidupnya melalaikan juru kunci kuburan. Ketika meninggal dunia peran juru kunci kuburan sangat utama sekali.
Manusia tidak akan mampu berkelit dari kematian, juru kunci kuburan, dan juga keluarga. Manusia yang mempunyai nafas akan mati dan begelarkan almarhumah (alm). Sadarilah ketika kita sudah berada dekat dengan liang lahat, sosok tubuh yang dulunya diagung-agungkan akan tertanam dalam tanah, dan tanahnyapun akan di injak-injak memakai kaki, kaki juru kunci pun berperan. Subhannallah, Maha Suci Allah, manusia memang segumpal daging dan darah, matipun tak punya daya, hanya bertittlekan almarhumah yang baik atau buruk, tak ada S1, S2, S3, ilmu itu hanya sebagai sangu untuk ibadah, ilmu untuk ibadah, dan ilmu sebagai sarana ibadah.
Ilmu itu milik Allah Swt., maka jangan bangga apa saja yang diberikan kepada kita, melukis indah belum tentu yang menikmati keindahan itu kita yang melukis, namun yang menikmati ada orang lain, ituah rasa dalam hidup ini, pada siapakah kita akan kembali, itu yang harus kita jadikan pedoman.

Air mata akan mengalir di setiap pipi hamba
Namun kemanakah alirannya akan bermuara?
Sejauh mata dalam hidup memandang
Tetaplah hati yang merasakan indah dan nikmat
Lepas hati untuk memandang keindahan
Berjuta kata-kata tak cukup untuk dituangkan

Memandang keindahan dalam hidup ini
Sebagai obat luka dalam hati
Luka hati karena tipisnya iman saat itu
Bangga hanya sementara…
Melihat keindahan untuk mengingat kebesaran-Nya
Lihatlah… lihatlah… lihatlah…

Kesombongan yang terbungkus dengan agama
Mengadulah kepada-Nya…
Dan berdoalah kepada-Nya…
Untuk menjaga selalu hati kita dari kenistaan

Tak ada yang patut kita banggakan…
Semua milik-Nya, Nya hanya Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingin Menulis?

Bagi siswa-siswi MANTASA GREEN yang ingin menuangkan karya tulisnya, baik cerpen, tulisan ilmiah, dan coretan hati, bisa juga kritik dan saran bisa dikirim ke email: mantasagreen@gmail.com.

Komentar Perasaan