Kata Pesan

SELAMAT DATANG DI DUNIA CERPEN KARYA SISWA MAN TULUNGAGUNG 1

Senin, 09 April 2012

PENDIDIKAN BERBASIS PEREMPUAN: SEBAGAI UPAYA PENGANGKATAN HARKAT PEREMPUAN


Oleh Agus Ali Imron Al Akhyar



Selama ini wilayah rumah tangga dianggap sebagai tempat yang aman karena seluruh anggota keluarga merasa damai dan terlindungi. Padahal sesungguhnya penelitian mengungkapkan betapa tinggi intensitas kekerasan dalam rumah tangga. Dari penduduk berjumlah 217 juta, 11,4 persen di antaranya atau sekitar 24 juta penduduk perempuan, terutama di pedesaan mengaku pernah mengalami tindak kekerasan, dan sebagian besar berupa kekerasan domestik, seperti penganiayaan, perkosaan, pelecehan, atau suami berselingkuh (Kompas, 27 April 2000).
Dewasa ini permasalahan remaja masih cukup menonjol, baik kualitas maupun kuantitasnya. Megawati Soekarno Putri sewaktu masih menjadi Presiden RI, mengkhawatirkan kondisi remaja pada saat ini. Dikemukakan bahwa berbagai fenomena kegagalan sekarang ini antara lain disebabkan pembinaan keluarga yang gagal. Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46% di antaranya dilakukan oleh remaja (Media Indonesia, 30 Juni, hal: 16).
Selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak juga cukup besar. Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka 30% dari 40-150.000; dan Irwanto menyebut angka 87.000 pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Sri Wahyuningsih, 2003). Realita yang ada di masyarakat, bahwasanya berbagai pengaruh eksternal dan internal dalam kehidupan semakin tinggi, akhirnya dari keluargalah yang seharus menjadi ikon terdepan dalam mendidik dan memberikan pengarahan terhadap anak-anaknya.
Memang sangat diperlukan, mengenai pendidikan berwawasan keagamaan (Islam) terhadap generasi muda perempuan, berbagai modifikasi keilmuan yang berwawasan bisa diterapkan dengan dinamis, sehingga mampu mengena. Penyadaran dan membuka cakralawa berpikir perempuan agar dinamis positif dalam mengikuti pola pikirannya. Pola berpikir anak tentunya diimbangi dengan wawasan keilmuan yang ada di keluarga.
Proses pendidikan yang berakar dari kebudayaan, berbeda dengan praksis pendidikan yang terjadi dewasa ini yang cenderung mengalienasikan proses pendidikan dari kebudayaan. Kita memerlukan suatu perubahan paradigma (paradigma shift) dari pendidikan untuk menghadapi proses globalisasi dan menata kembali kehidupan masyarakat Indonesia.
Tantangan Kita?!
Sampai saat ini perkembangan pendidikan keagamaan (Islam) di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan yang cukup mendasar. Permasalahan itu menyangkut berbagai perangkat pendidikan yang mendukung pada kualitas pengembangan akademik dan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Tantangan yang harus diperhitungkan dalam perkembangan pendidikan keagamaan ke depan adalah tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal lebih merupakan berbagai perubahan yang dialami masyarakat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini dan akan datang. Berbagai tantangan itu secara lambat atau cepat akan ikut serta mendorong terjadinya pergeseran-pergeseran nilai kehidupan masyarakat.
Memberikan asupan pola pikir yang dapat membangun dan memberikan berpikir secara positif aktif, tentu akan memberikan ruang dan waktu untuk mampu membangun kejiwaan, keperibadian, dan pola pikir. Menurut Syahraini Tambak dan Umi Kulsum, bahwasanya terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaan pendidikan Islam belum sepenuhnya dilandasi oleh Al Qur’an sebagai doktrin Islam yang memuat berbagai sistem dalam kehidupan. Al Qur’an adalah pedoman dan tuntunan hidup manusia, baik sebagai individu maupun sebagai umat. Sebagai pedoman dan tuntunan hidup, Al Qur’an diturunkan oleh Allah bukan sekedar untuk dibaca secara tekstual melainkan dipahami dan diamalkan. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna langkah yang harus dilakukan adalah “memahami kandungan isi kandungan Al Aqur’an dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara bersungguh-sungguh dan konsisten”. Al Qur’an diturunkan mempunyai tujuan mengangkat derajat umat manusia dari sistem keilmuan yang rendah menuju kemajuan ilmu pengetahuan modern yang sarat dengan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan berkeadilan. Sejarah membuktikan bahwa masyarakat jahiliyah tidak memiliki arah dan tujuan hidup dan telah berhasil dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., ke dalam kehidupan kemajuan modern, yaitu kehidupan yang diterangi cahaya keimanan dan penghormatan terhadap harkat kemanusiaan (Prof. Dr. Said Agil Husain Al Munawwar, 2003:xv).
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-nya dan sebagai “pemelihara” (khalifah) pada semesta (Tafsir, 1994). Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik (generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan), sebagai tujuan akhir dari pendidikan. Tujuan akhir pendidikan dalam Islam, sebagai proses pembentukan diri peserta didik (manusia berkarakter) agar sesuai dengan fitrah keberadaannya (al-Attas, 1984).
Remaja dan Pengetahuan
Ditinjau bahasa Inggris teenager, remaja artinya manusia berusia belasan tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orangtua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. Remaja juga berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak, tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994), bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990:23) remaja adalah masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu; (1). 12 – 15 tahun, masa remaja awal; (2). 15 – 18 tahun, masa remaja pertengahan, dan (3). 18 – 21 tahunmasa remaja akhir.
Pengetahuan dan pengalaman positif, tentu menjadi bagian terpenting bagi generasi muda perempuan untuk mewujudkan karakter Islami. Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan, dikehendaki, dirasakan dan diyakini, rnembawa manusia kepada pengetahuan dan secara sada.r menyusunnya ke dalam sistem yang disebut Ilmu. Tetapi berbeda dengan konsep Barat, yang mengelompokkan ilmu itu kepada tiga; (1) Sciences (ilmu-ilmu kealaman, murni, biologi, fisika, kimia dam lainnya, (2) Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan yang menyangkut perilaku manusia dalam interaksinya dalam masyarakat, dan (3) The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan yang menyangkut kesadaran akam perasaan kepribadian dan nilai-nilai yang menyertainya sebagai manusia (Al Mattulada, 1991:3).

Ingin Menulis?

Bagi siswa-siswi MANTASA GREEN yang ingin menuangkan karya tulisnya, baik cerpen, tulisan ilmiah, dan coretan hati, bisa juga kritik dan saran bisa dikirim ke email: mantasagreen@gmail.com.

Komentar Perasaan