Kata Pesan

SELAMAT DATANG DI DUNIA CERPEN KARYA SISWA MAN TULUNGAGUNG 1

Rabu, 18 Januari 2012

SE-TITIK DEBU

Oleh Agus Ali Imron Al Akhyar


Debu…
Kadangkala bisa membuat mata kita sakit
Terkadang juga bisa memberikan manfaat bagi manusia, untuk tayamum
Terkadang pula bisa memberikan sentuhan seni, untuk lukisan dengan pasir
Terkadang juga debu bisa memberikan kemanfaatan dan juga ke-musibahan

Begitu pula dengan orang belum tahu dengan orang yang sudah tahu, orang luar biasa akan bilang, bodoh dan pintar. Itupun terkadang juga menyisakan kepedihan bagi kedua belah pihak (bodoh dan pintar). Manusia individu yang terakumulasi dengan wujud kemasyarakatan, tentu satu sama lainnya memiliki perbedaan, perbedaan pola berpikir dan perilakunya. Sehingga orang lain dalam masyarakat itupun akan memberikan nilai kepada orang yang mempunyai kelebihan pola berpikir dan berperilaku secara positif aktif.
Disisi lain, ketika seseorang memiliki kelebihan (harta dan ilmu) akan dipandang sebagai orang yang lebih unggul dikalangan masyarakat. Begitupun ketika seseorang memiliki sisi kenegatifan pada suatu masyarakat, maka akan terus disoroti hingga warga masyarakat sekiranya mencela segala perbuatan orang tersebut.

Wawasan Ilmu dan Prilaku
Siapa orang atau generasi muda yang tidak ingin dirinya mempunyai kepintaran dan juga wawasan keilmuan? Saya sendiripun secara tidak langsung perjalanan hidup bisa dijadikan pelajaran bagi kepribadian, selain membaca, meneliti, dan juga mempublikasikan hasil pemikiran. Sejauh mata memandang keberadaan ilmu yang semakin detik semakin meluas dari keberadaannya, tentunya kita tidak boleh hanya berdiam menunggu informasi, meskipun dunia teknologi menjadi bagian dari hidup kita.
Ilmu adalah titihan bagi kita untuk menuju kemakmuran dalam menjalani hidup, orang yang berilmu samahalnya sebagai orang yang sedang berada di puncak awan, namun jangan sampai lupa akan keberadaan yang di bawah. Manusia memang tak luput dari kesalahan, kebenaran hanya milik Allah Semata.
Ketika ilmu sudah kita pahami dan kita pelajari, tentunya kita amalkan dengan wujud perilaku yang positif dan dirasuki dengan rasa tanggungjawab yang optimal. Sehingga ilmu tersebut tidak sia-sia begitu saja saat memperolehnya. Kesempurnaan dalam hidup manusia tidak akan terwujud kalau tidak ada yang saling menyempurnakan. Orang lain menjadi objek untuk melengkapi kesempurnaan dalam hidup ini. Kita tidak bisa hidup sempurna dengan kemandirian kita saja, kita tetam membutuhkan sentuhan dari orang lain.
Kita tidak bisa kaya keilmuan kalau tanpa guru, buku, artikel, internet maupun yang lainnya. Ketersalingan menolong dan membantu, itulah sedikit kesempurnaan, saling menghormati, mengayomi, dan juga perilaku positif untuk semua orang, adalah wujud rasa sempurnanya perilaku kita terhadap keilamuan dan wawasan yang kita miliki. Semua orang akan terus belajar, begitu pula dengan diri kita, sejauh kita berpikir, maka kita akan menemui berbagai cabang dari berpikir tersebut. Ibarat orang memandang daratan lautan, maka yang terjadi adalah sebuah sudut yang saling terhubung atau bisa kita sebut dengan ujung tak terbatas. Begitu pula dengan keilmuan, jangan hanya puas yang kita rasakan, melainkan kita harus terus belajar dan saling menghormati.
Rasa bangga terasa hanya sementara, rasa suntuk juga sementara, maka kita harus menyeimbangkan pola kehidupan kita, pola berpikir kita, dan juga segala pola dapat memberikan asupan ke-energian dalam kehidupan kita. Setitik debu, tentu tidak akan memberikan kemanfaatan, namun kalau setitik debu berjumlah sekian ratus titik debu, maka debu itu bisa menjadi manfaat kalau kita bisa memahaminya secara berakal.
Dengan akal juga, manusia akan berpikir, kalau debu-debu tersebut terkena pusaran angin besar, rumah, bahkan bangunan kokohpun akan hancur dengan terpaan debu-debu tersebut. Orang akan mengira angin torpedo, dan angin putting beliung akan menjadi salah satu penghancur kehidupan mereka. Itulah debu-debu yang diterpa oleh angin, menjadi nama angin torpedo dan angin putting beliung.

Setitik
Itulah ibarat ilmu yang kita analogikan dengan setitik debu. Kalau ilmu hanya terbatas ruang dan waktu, maka hasilnya kepuasaan. Padahal ilmu itu tidak dapat dilihat tepi kepuasannya. Resapi setiap pengetahuan yang kita miliki dengan akal sehat dan hati yang tenang tanpa nafsu yang menggelora. Sehingga setitik tersebut akan menjadi titik-titik yang luas dan ibarat angin torpedo dan angin putting beliung. Mau menghancurkan rumah, bahkan kehidupan oranglain, setitik tadi siap menjadi kumpulan titik-titik besar dan terakumulasi.
Ketika debu itu hanya sedikit, bisa digunakan sebagai tayamum, maka akan bermanfaat secara syari’at, namun apabila debu tersebut membentuk kumpulan dan diterpa angin, bisa juga menjadi mata kita iritasi (memerah) dan akhirnya sakit.

Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Ali ‘Imron:66)



Boyolangu, 04 Januari 2012  |  11:02 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ingin Menulis?

Bagi siswa-siswi MANTASA GREEN yang ingin menuangkan karya tulisnya, baik cerpen, tulisan ilmiah, dan coretan hati, bisa juga kritik dan saran bisa dikirim ke email: mantasagreen@gmail.com.

Komentar Perasaan