Oleh Moh. Fathulloh, M.Ag.
Saudara kaum muslimin rahimakumullah
Apabila
bulan ramadhan tiba, ternyata ada dua sikap kaum muslimin dalam menanggapinya.
Satu golongan bergembira, sedngkan segolongan lainnya menggerutu. (yach
sebentar lagi puasa, ora oleh mangan ora oleh ngombe dll). Yang menggerutu
karena merasa tak leluasa lagi seperti hari-hari biasanya, tak dapat
makan-minum disiang hari, lapar, haus, lemes dan lain-lain penderitaan. Itulah sikap orang
yang masih lemah imannya. Tetapi segolongan yang lain bersyukur dan bergembira
karena ditakdirkan oleh Allah diberi panjang umur sehingga masih bisa bertemu
lagi dengan bulan suci, bulan agung yang penuh berkah.
Begitu juga
dengan akan berakhirnya bulan ramadhan, satu golongan bersedih karena sudah
tidak ada lagi pahala yang dilipatgandakan, melakukan amalan sunat, pahalanya
bagaikan melakukan amalan wajib, melakukan amalan wajib, pahalanya
dilipatgandakan tujuh puluh kali lipat jika dibandingkan dengan amalan diluar
bulan ramadhan. Tetapi satu golongan yang lain bertambah senang karena bisa
leluasa melakukan apa saja, dapat makan dan minum sesuka hati dan lain
sebagainya.
Itulah
ujian bagi kaum muslimin untuk menjadi orang bertaqwa.
Saudara kaum muslimin rahimakumullah
Kita
menyadari bahwa hanya dengan pertolongan Allah jualah kita semua dapat
menyelesaikan kewajiban puasa selama bulan ramadhan. Kita diberi kekuatan untuk
memperoleh kemenangan, bagaikan prajurit dalam peperangan pulang dengan
kemenangan yang gilang gemilang. Melawan hawa nafsu adalah merupakan jihad,
sebagaimana sabda Nabi SAW:
َاْلمُهَاجِرُ مَنْ
هَجَرَ السُّوْءَ وَاْلمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ
Artinya:
|
Al-Muhajir (orang yang hijrah) ialah orang yang
meninggalkan kejahatan, sedangkan Al-Mujahid (orang yang jihad) ialah orang
perang melawan hawa nafsu.
|
Besuk kita
sudah dalam suasana lebaran yang penuh dengan kegembiraan, perlu kita
tingkatkan kesadaran, bahwa sebagai manusia hidup bermasyarakat harus
menanamkan sifat saling bantu membantu, hidup Guyub Rukun, hilangkan sifat
egoisme. Demikian pula dengan masalah amaliah, bilamana ada salah seorang
diantara kita yang belum mau berbuat baik / taat kepada Allah. Maka mari kita
ajak dan memberi nasehat kepadanya agar mau menggunakan sisa umur kita untuk
digunakan taat kepada Allah.
Berakhirnya
bulan ramadhon bukan berarti berakhir pula pengendalian hawa nafsu, justru
sebaliknya, hari raya ini adalah untuk pembuktian ibadah puasa yang telah
selesai kita lakukan, berhasilkah kita mengendalikan nafsu serakah, nafsu yang
pendendam, pendengki, iri, riya’, ujub, sombong dan lain-lain. Jika belum masih
ada kesempatan lagi berdasarkan syar’i puasa lagi, yaitu puasa syawal.
عَنْ اَبِى اَيُوْبَ اْلاَ نْصَارِيِّ رَضِيَّ
اللهُ عَنْهُ, اَنَّ رَسُولَ اللهُ e قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّامِنْ
سَوَّالِ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم وابودود والترمذى والنساء
وابزماجه)
Dari Abu
Aiyub Al-Anshari RA. Rasulullah SAW. bersabda: barang siapa berpuasa bulan
ramadhan, lalu diiringi dengan berpuasa enam hari pada bulan syawal, maka dia
seperti puasa sepanjang tahun, (HR. Muslim dst).
Ma’ashirol Muslimin Rahima Kumullah
Marilah
kita renungi kembali makna Bulan Ramadhan Ini, yang penuh berkah, apabila kita
sebagai seorang yang beragama Islam mau dan mampu memperhatikan
peraturan-peraturan Allah SWT. pada hari yang bahagia ini dan tetap taat kepada
Allah saat-saat kita gembira, dan kita dapat mengetahui hak dan kewajiban pada
saat senang, sebagaimana ia juga mengetahui hak dan kewajiban saat ia susah /
sempit niscaya ia akan menjadi hamba Allah yang sejati, yang tetap taat dan
patuh kepada Allah dalam kondisi apapun itulah orang yang taqwa.
Inilah sesungguhnya yang dikehendaki
oleh Allah, dalam penataran 1 bulan di bulan ramadhan, setelah pesertanya
selesai diharapkan kelaur dari bulan ramadhan mendapat sertifikat taqwa.
Semoga
Allah menjadikan kita semua, sebagai orang-orang yang meraih kemenangan yang
hakiki di hari yang sangat agung dan mulia yaitu dunia akhirat. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar