“Yakinlah Aku Menjemputmu“

             Karya Aska XI Unggulan

              Siswi MAN Tulungagung 1

              Waktu itu, usiaku baru 9 tahun, kini aku telah beranjak dewasa. Andy, sahabatku tentu sudah banyak berubah. Tak sabar rasa ini tuk berjumpa dengannya kembali. 11 tahun telah berlalu. Sebuah janji darinya yang masih tersimpan rapi diingatanku. Jas coklat dan shall berwarna putih membuatku hangat di pagi yang dingin ini. Sesekali aku tersenyum memandangi foto masa kecilku bersamanya. Wajah-wajah mungil dengan senyum lebar yang seakan tak pernah tersaput oleh duka air mata.

            Kuraih sepatu pantoefelku dirak dekat pintu. Dengan sedikit tergesa-gesa kuberlari ke ujung jalan itu. Berhenti sejenak. Masih sepi, tak ada seorangpun yang mengetahui kehadiranku di sana. Pandanganku tertuju pada ujung jalan itu. Akankah dia menjemputku ?. Hari ini, hari dimana sebuah janji menjadi harapan bahagia untukku. Lama…sangat lama, hingga jenuh menghapiriku. Masih kubertahan di sini. Mengharap dia kan datang temuiku. Berselang lama tak kunjung ku lihat sahabatku yang telah lama pergi meninggalkanku karena ikut ayahnya pindah dinas di Batam.

            Udara dingin menyelimuti tubuhku. Embun masih tersisa didahan dan ranting pepohonan. Akhirnya kuambil sepedaku menuju sebuah tempat kenangan masa kecil. Rumah pohon di dekat danau itu menjadi saksi bisu canda tawaku bersamanya.

            “ Sudah lama aku tidak kesini…hmmm..”. Ucapku lirih sembari memandangi segala penjuru mata.

            Akupun teringat sesuatu. Sebuah catatan kecilku bersama Andy yang kami simpan di sebuah lubang dipohon itu. Jika kami meminta suatu harapan, lubang itu pasti akan terisi dengan beberapa gulungan kertas kecil. Tak hanya harapan atau mimpi-mimpi kami, bahkan apapun dapat kami tuangkan dalam tulisan itu.

            Bergegas aku mengambil tiap-tiap gulungan catatan itu. Berharap dia menuliskan sesuatu di sana. Kubaca satu persatu.Tertulis tanggal 26 Februari. Astaga…!!!. Tersontak ku dibuatnya. Hari ini tepat tanggal 26 Februari. Inikah pertanda dia hadir ? Menjemputku ? Tapi dimana sahabatku ?.Beribu pertanyaan berkeliaran dibenakku.

            “ Andy…Kamu di sini..???.”

            “ Andy…!!!.”

            “ Andy…!!! Kamu dimana…???!.” Teriakku tak karuan mencarinya.

Sekeliling danau tak ada siapa-siapa. Hening. Suaraku menggema di tempat itu. Hawa dingin semakin menusukku. Kesendirian dengan penuh harapan untuk kehadirannya buktikan janji itu.

“ Apa Andy sudah tak ingat lagi dengan janji itu…?.”

Aku hanya bisa duduk terdiam dan terpaku. Membisu seluruh tubuhku. Harapan mulai terkikis. Mimpi berjumpa dengannya mulai musnah. Entah, aku tak tahu lagi apakah dia benar akan menjemputku kali ini.

“  Hanya kaulah sahabat sejati. Kita kan slalu bersama dalam suka duka. Berbagi segalanya. Tak kan terpisahkan. Hanya kaulah yang ada di hatiku. Kita kan slalu bersama gapai semua cita, meraih dunia walau badai menghadang tak akan kita terluka. We’re best friend forever.” Bersenandung lirih dengan sesekali mengusap air mata di pelupuk mataku.

“ Kita kan slalu bersama dalam suka duka….”

“ Berbagi segalanya. Tak kan terpisahkan. Hanya kaulah yang ada di hatiku.”

Tersentak kedua mata ini. Suara itu. Andy. Iya…itu Andy, sahabat kecilku.

“ Kita kan slalu bersama gapai semua cita, meraih dunia walau badai menghadang tak akan kita terluka. We’re best friend forever.” Senandungku dan Andy.

Tangis bahagia menyelimutiku. Kupeluk erat dia. Entah apa arti semua ini. Tuhan memang adil. Dia kirimkan seorang yang bisa buatku tetap tersenyum karenanya. Dia adalah Andy, sahabat kecilku, sekarang, dan selamanya. We’re best friend forever.

“ Sebuah pertemuan berawal dari say HELLO dan akan berakhir dengan say GOOD BYE . Tapi tak menutup kemungkinan akan ada pertemuan bahagia antara dua insan manusia dalam harapan dan mimpi mereka, dan sahabat sejati adalah mereka yang selalu ada untukmu dalam suka duka, melalui proses tawa dan tangis bersama .“